BOGOR - Minimnya sarana dan prasarana yang dialami puluhan pelajar SMP Terbuka 911 Cijeruk terus menjadi sorotan.
Kali ini datang dari Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Asep Wahyuwijaya.
Politisi Demokrat menilai, cerita terlantarnya sekumpulan anak-anak siswa di Cijeruk hanyalah satu cerita dari banyak cerita di tempat lain yang menceritakan peristiwa serupa. Seharusnya hal tersebut dapat dihindari dan diantisipasi Pemkab Bogor.
“Apa pesan yang mesti ditangkap dari cerita-cerita serupa itu? Negara masih abai dan minim perhatiannya pada soal pendidikan, pada masalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan pada urusan dasar pemenuhan hak-hak warganya, yakni pendidikan,” cetusnya.
Untuk kasus Cijeruk, kata dia, respon yang dilakukan Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor sudah baik. “Kadisdiknya memerintahkan Kabid-nya agar segera turun ke lapangan untuk memverifikasi, mencatat, melaporkan fakta di lapangan,” ujarnya.
Tentunya untuk menangani masalah tersebut, diperlukan respon yang cepat dan tanggap sehingga bisa menjadi referensi utama dalam melaksanakan tindak selanjutnya ke depan.
“Nah, hal inilah yang mestinya menjadi kelaziman bergeraknya sebuah roda pemerintahan. Turun ke lapangan, periksa dan kumpulkan datanya, analisa lalu tindak lanjut menjadi program kerja pembangunan dengan segala skala prioritasnya,” katanya.
AW sapaanya mengusulkan, ketika dalam hal pengolokasian anggaran dalam urusan pendidikan, ia menyarankan agar APBD Kabupaten Bogor digunakan untuk pengadaan lahan, pembangunan fisik sekolah dan kesejahtraan para guru honornya.
“Ajukan saja permohonan untuk sarana prasarana lainnya ke Pemprov atau pusat. Terobosan ini yang saya kira mesti dilakukan agar PR soal carut marut pendidikan di Cijeruk ini, misalnya, bisa diselesaikan,” tukasnya.
Sebelumnya, kondisi proses belajar mengajar SMP Terbuka 911 Cijeruk yang belajar di tenda beratapkan terpal sobek menjadi perhatian Bupati Bogor, Ade Yasin. Rencananya politisi PPP itu bakal mengecek data-data terkait sekolah tersebut.
“Besok (hari ini, red) kita akan cek,” ujar Ade Yasin disela kunjunganya ke Grahapena Radar Bogor, Jumat (30/8). Menurutnya, ia bakal berkordinasi dengan SKPD terkait terlebih dahulu termasuk Camat Cijeruk.
“Saya ingin pastikan status sekolahnya memang kelas jauh atau bagaimana,” ucapnya.
Disisi lain tak hanya siswa SMP Terbuka 911 Cijeruk yang merasakan penderitaan, Kepala SMP Terbuka 911 Cijeruk juga mengalami hal yang sama.
Terkadang untuk bisa melanjutkan proses belajar mengajar, ia harus mengikhlaskan gajinya. Bahkan, tak jarang ibu dua anak itu rela mencari donatur untuk memenuhi kebutuhan alat tulis sekolah. (Radar Bogor)
0 Komentar